Postingan

Menampilkan postingan dari 2018
Pikiran yang resah akan sulit mengurai permasalahan. Bahkan hal-hal sederhana bisa jadi tampak seperti gumpalan benang kusut yang membikin lelah meluruskannya. Tapi sekelebat gagasan ini muncul, dan ia mendesak untuk ditulis. Tren yang berkembang di tengah masyarakat muslim Indonesia, terutama di kalangan urban, yakni fenomena "hijrah" banyak digaungkan oleh kawula muda. Saya bukan pengamat sosial dan tidak memiliki kecakapan yang memadai untuk menyampaikan mengapa fenomena ini bisa merebak sedemikian luas. Ada beberapa dugaan kasar saya, dan salah satunya berkaitan dengan karakter masyarakat kita, terutama karakter beragama yang cenderung konservatif. Warna konservatif ini semakin naik ke permukaan dan menjadi populer utamanya setelah terjadi kasus yang kental berbau politik. Oke, saya melantur. Jadi poin yang ingin saya tegaskan di sini adalah pengunaan term " hijrah " bagi tindakan mereka. Tindakan ini, sependek jangkauan pemahaman saya, berbentuk pengalihan to
Kepadaku, dia mengabarkan, "Tak ada yang mencarimu."
Kepada orang yang menemukan kerling tatapanmu Di garis batas ini aku mengirim Lewat bentang dan kepak yang digugurkan kesumba dari rute migrasi sekawanan sajak Lewat musim yang mengabarkan gerah dan gigil yang mengendap di jendela indramu Lewat lembar-lembar halus punggung bukit yang berkabut dan awan yang mengapung rendah seperti tirai sutra yang rebah Sebuah pesan untuk tetap waspada Dikabarkan oleh para paria Melalui retak celah yang terluput Tak ada perlindungan dari cinta

Ringkasan Tarikh dalam Tiga Bagian

I Tigabelas Januari, katamu Pada bait-bait sajak yang belum kau selesaikan Dan nafas panjang yang kau hirup-hembuskan Aku menggenggam pergelangan tanganmu Dalam pelarian ini tak ada istilah yang diperdebatkan Kekalahan adalah satu-satunya yang bisa diterima Dalam pusaran siklus Desember yang menjebakmu Kemarahan adalah badai yang mekar dari gersang gelisahmu II Yang berdesakan di sudut rima Yang menjejali sela-sela ingatan Pada cermin dan besi yang memantulkan binar gemintang Apa yang berkerlip adalah noktah di petala semesta Tiga buah kata, sudah terlalu sering direpetisi November dan preambul yang mengabarkan padamu ihwal perselisihan sederhana Pertikaian yang berlangsung sekejap di sore kala itu Aku memejam, memeram gagasan III Pengecut yang melarikan diri dari jerat dan muslihat Bukan kau, duduklah saja dulu Urusan sepele yang tak pernah sanggup kauselesaikan Pemakluman yang mendingin seperti siut kencang Bergemerisik, merisak, debu yang bergesekan Ketidakn
Dulu, saya selalu ingin mencoba sampai mana batas yang bisa saya lakukan. Sampai sejauh mana tubuh saya kuat menerima beban. Tapi ternyata sekarang saya menyadari bahwa ada dua batasan dalam diri saya: batasan fisik dan batas mental. Yang menjadi motivasi saya untuk terus bekerja keras di masa lalu adalah rasa sakit hati. Dan sekarang, saat perasaan saya sudah diimunisasi, ia jadi lebih kuat. Tapi ini prasangka baik saya. Diagnosa buruknya, sakit hati yang dulu saya alami tidak tertangani dengan baik. Dan sekarang hati saya mati rasa. Dalam kondisi seperti itu, rasanya sukar untuk mendapatkan motivasi karena segala sesuatu ternyata bisa dipandang dengan skeptis.
Naluri saya selalu terpikat pada segala hal yang mudah dan menyenangkan. Sebagai hewan, akan jadi sukses besar jika saya menjalani hidup hanya dengan melakukan hal yang mudah dan menyenangkan.Tapi masalahnya adalah saya manusia yang hidup di tengah peradaban yang terus berkembang. Hanya mau melakukan sesuatu yang mudah dan menyenangkan tidaklah cukup. Ada tuntutan, tugas, tanggung jawab yang mesti diselesaikan. Dan sialnya itu semua, seringkali, tidak mudah dan tidak menyenangkan.
Di sudut kepalamu ada rak kecil tempat ingatan menyimpan nama-nama. Dicetak dengan tinta hitam berfon seragam di atas kertas-kertas putih. Semua dokumen tersusun rapi meski sesekali kau juga kerepotan. Misal jika berpapasan dengan orang yang menyapamu dan kau juga ingin menyapa tapi kesulitan mengingat namanya. Tak apa, lupa itu manusiawi asal jangan sering-sering lupa. Nah, sekarang kupunya soal untukmu. Di sudut sana masih adakah selembar nama? Namaku yang barangkali sudah kau lupa.
Suara-suara berdengung di kepalamu. Gesekan biola, denting piano, dan petikan gitar adalah musim yang hujan dan kemarau. Pada paragraf ini hendak kutuangkan setangkup makna yang direguk dari sebuah kolam di sudut paru-parumu. Dari nafas yang kau hirup hembuskan, yang habis yang tak bisa kaugantikan. Aku ada di sini, membacakan dan menyanyikan untukmu suara-suara sunyi. Suara-suara yang berdenging di kepalamu.
Perlukah kuterjemahkan huruf-hurufmu? Bila ternyata kita bicara hanya lewat mata yang bertukar makna, yang mengarsir antara kita rasa yang tak terwadahi aksara Berdua berhadapan, kitalah sepasang prasasti nirleka Sabda-sabda tanpa bahasa 26 November Hujan dan mendung dan kepulanganku ke kesunyian yang batal sebab kalian.
Yang membentang antara November hingga Februari hanyalah musim yang kusenangi Sebab di sela gemuruh angin, petir, dan hujan, mengingatmu tetaplah kehangatan 23 November Pamulang, dan jemuran yang kuyup Darb Ahmar, dalam naungan altar Jumat
Dalam hening yang paling senyap adakah kau dapati namaku di antara ingatan yang berserak di kepalamu? Kau tahu, ia hanya kertas putih bertinta hitam Sama seperti dokumen lainnya Tak dihias tak berpigura Tapi aku akan sangat bahagia Kalau ternyata namaku masih di sana Setidaknya kau tidak lupa
Anak kecil dalam diriku bangun "Saatnya berpuisi," ia bilang Tapi puisi adalah bayi yang tak boleh lahir sebelum atau pun selewat waktunya Maka aku pergi ke sebuah gurun dan mulai bertapa Tapi matahari jadi lima kali lebih terang dan kau akan kesulitan menemukan kelembutan makna saat segala sesuatu jadi semakin terang Maka kuputuskan untuk pindah ke puncak malam Kali ini aku berbaring di bawah langit yang bersolek Gemintang, galaksi, dan komet melalaikanku, dan aku marah Maka kupindah jasadku ke dalam gua dan dalam kesunyian jiwaku mengembara Ia melakukan perjalanan hening yang jauh Menyelami kedalaman makna dan mencari Tapi hakikat adalah tipu muslihat Dan aku tergulung ombak gamang Mereka bilang makna tersembunyi di dasar samudera Tapi pengetahuan adalah pengetahuan adalah pengetahuan adalah samudera yang tak memberi ampun pada ruang Saat tenggelam, kau takkan pernah tahu dari mana tercebur Kau akan kebingungan meraba di mana dasarnya Kau takkan pernah meli

Drunken Motivated Loser

_"Every last person I've seen was the same way. Whether it was booze, women, or even God... family, the king, dreams, children, power... *they couldn't keep going unless they were drunk on something. They were all slaves to something*..."_ —Kenny Ackerman, Shingeki no Kyojin Pertama-tama, mari kita sepakat bahwa motivasilah yang menggerakkan perilaku manusia, mendorong atau menarik mereka ke sebuah tujuan. Keberadaan motivasi ini menjadi penting karena ia menumbuhkan kekuatan yang kemudian menjadikan seseorang sanggup meraih tujuannya. Di sisi lain ia juga menjadi candu. Tanpa motivasi, hampir mustahil seseorang tergerak menggapai tujuannya. Karena itu mereka terus berpegangan pada "motivasi", terus dimabuk dan menjadi budak "motivasi". Orang yang _sober_ (tersadar) dari mabuk motivasi akan segera menyadari realita dan kehilangan ambisi mengejar tujuan. Ini jika kita melihat motivasi melalui sudut pandang orang suram pemalas seperti saya. Conto

Luka 5 Cm

Gambar
Setiap kali mata saya menatap segala sesuatu dari film Byousoku 5 Centimeters, secara otomatis alam bawah sadar saya seolah berteriak, "Cuk! Uwis, Cuk! Aku ora kuat! Aaah!" Lalu seperti gerakan refleks orang kesetrum, mata saya akan memejam atau mengalihkan pandangan. Entah bagaimana prosesnya rasa pedih itu muncul. Dan entah mengapa rasa sakit itu terasa familiar bagi saya. Memang saya hanyalah laki2 menyedihkan yang tidak punya nyali untuk mencari kenalan wanita, tapi adalah fakta bahwa saya tetap manusia. Dan sebagaimana lazimnya manusia lain, saya juga punya hati. Organ ini terkadang dimaknai sebagai sesuatu yang lain, yang tidak kasat mata, yang berkaitan erat dengan emosi dan perasaan, yang rasanya begitu rapuh tapi sanggup menggerakkan kehendak manusia. Dan si keparat Byousoku 5 Centimeters itu meremukkan hati saya. Saya tentu tidak ingin membocorkan seperti apa kisahnya, tapi jika anda ingin menonton, saya menyarankan juga untuk membaca versi manganya. Masing2
Berilah aku kedamaian Dalam gelas dan piring Dan sendok garpu Jika ayam bisa bertelur Dan manusia pandai berkhutbah Kenapa langit tidak berwarna hijau? Dalam kemabukan kau berdoa, "semoga Tuhan mengampuni kami, dan memberikan tempat yang layak selain akhirat, karena kami tidak merasa pantas pergi ke sana, dan kami merasa iba jika arwah ini..." Lalu sebiji peluru merobek jaringan kulit dan daging dan tulang, menembus tubuhmu dan mengantar nyawamu ke tempat lain.

Sedih Obatnya Harvest Moon

Pukuk 12 malam lewat sedikit waktu lokal Kairo. Saya mencegah mata saya untuk terpejam. Tadi selepas maghrib saya sudah tidur dan rasanya itu cukup. Akhir-akhir ini saya menjadi seonggok manusia kurang produktif yang menghabiskan waktunya bergumul dengan rasa malas. Belum ada buku yang selesai saya baca dalam beberapa bulan terakhir, kebanyakan hanya membaca ulang novel atau kumpulan cerpen dari penulis kesenangan saya. Mengunduh beberapa novel berbahasa asing dan akhirnya memilih untuk membaca terjemahannya, Old Man and the Sea adalah yang terakhir saya baca dan itu belum selesai meski saya memulainya sebulan lalu. Begitu pula proyek penulisan cerpen, tak banyak kemajuan. Draft terakhir saya teronggok menyedihkan dan ia meronta minta digarap segera. Saya sudah kehilangan muka untuk menghadap mentor kami. Di tengah kondisi menyedihkan ini saya sedikit mengalami pencerahan setelah memainkan game lawas yang dulu amat sangat saya gandrungi, Harvest Moon, Friends of Mineral Town (mohon ja