Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019
Dan kau takjub pada tulisan yang mampu menggerakkan mesin dalam dirimu; mesin kesedihan. Kau tahu menjadi sedih adalah pilihan buruk, tapi ia menjelma menjadi satu-satunya pilihan. Oh, ternyata keliru. Ada dua pilihan; merasa sedih atau merasa sangat sedih. Mungkin sedih bukan kata yang tepat. Tapi saat memikirkannya, kata itu seperti menggambarkan suasana yang kau sukai. Sebuah ruangan yang tak terlalu lapang, cahaya remang-remang, sore berawan mendung, angin berhembus dingin, dan malaikat maut mengintai dengan penuh kesabaran. Segala hal memudar kelabu sejak warna-warni gairah menguap begitu saja. Paragraf pendek seperti kisah hidup yang singkat. Dan mereka mahir sekali memadatkan misteri-misteri yang indah dalam masa yang singkat. Seperti kata yang dirajut mengikuti suara hati, sesekali kau dengar gemanya memantul di dinding ingatan; di lorong waktu tempat kita merayap perlahan-lahan. Dan kau takjub pada mesin yang menggerakkan kehendakmu; mesin kesedihan.
Udara tipis dengan aroma karbol. Sedikit dingin yang lumrah di tengah gempuran hujan. Lampu penerangan yang menyala dengan murung. Waktu merambat seolah kedua kakinya diamputasi. Ini malam yang baik untuk menceritakan kepadamu suatu peristiwa. Tanpa maksud tertentu, dalam suasana hujan begini, cerita ini memang baiknya disampaikan. Kalau kau pernah masuk rumah sakit, walau tidak sakit, kau akan tahu betapa atmosfer di sana tidaklah terlalu menyenangkan. Tenang, sejuk, berbau obat, tapi tidak menyenangkan. Ya, barangkali begitulah suasana yang tepat. Kau tahu, ada beberapa kisah yang memang mesti disampaikan dalam suasan murung. Bukan demi penghayatan, atau menguatkan kesan, atau apa pun. Semata karena cerita ini hidup dan ia memilih waktu untuk menemukan dirimu.
Kadang saya bertanya, "Dari mana rasa takut dan sedih muncul?" Kegelapan seringkali menyergap dengan tiba-tiba, sementara diri saya terlanjur penuh dengan keraguan: Tak ada tempat bagi tekad dan keyakinan Tak ada tanah lapang tempat harapan bisa tumbuh Tak ada kanak-kanak yang bermain dengan ceria. Hanya ada seonggok pemuda rapuh dan rentan patah, yang bersedih dan takut atas banyak hal sepele. Jika anda bertanya "Apa ada yang layak disesali?" Barangkali itu adalah saya sendiri
Kita semua hidup dengan memikul permasalahan masing-masing. Dan yang bisa kita lakukan hanyalah bertahan. Menjaga keutuhan diri dari gempuran rasa sakit dan kesedihan yang mendera. Apa yang membuat kita sanggup bertahan? Berapa lama ia akan menyangga diri kita? Sebagian dari kita berpegang erat pada seutas harapan dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa badai akan segera berlalu. Beberapa sanggup bertahan, sementara yang lain tak kuat menahan terjangan angin lalu terpelanting jatuh ke jurang. Sebagian yang lain berdiri pada posisi yang lebih beruntung. Ada di antaranya yang sanggup belajar dari apa yang mereka lihat. Ada pula yang menikmati kebebasan dengan penuh khidmat, meski pada akhirnya melengahkan mereka. Tapi kita semua hidup, dengan memikul permasalahan masing-masing. Sebagian mengatasinya dengan baik, sebagian tidak. Dan dengan segala yang ada, kita hanya bisa terus bertahan. Menunggu waktu menyibak apa yang ia sembunyikan. Menunggu takdir mendatangkan apa yang sudah dijanjika

Lingkungan Informasi

Seharusnya sebuah artikel minimal terbit malam ini. Walau seberanya bukan sebuah keharusan juga, tapi janji pada diri sendiri memang gampang sekali diingkari. Kompromi pada keadaan dan rasa malas dan alasan yang diciptakan bersekongkol untuk menunda pekerjaan. Tapi mau bagaimana lagi, kata "terlanjur" telah akrab dan improvisasi menjadi tuntutan. Sebuah esai, seburuk apapun, mesti hadir malam ini juga. Paragraf di atas terkesan mengada-ada, dan memang demikian adanya. Semata saya hadirkan untuk menambah jumlah kata agar tulisan ini, secara keseluruhan, tampak seperti esai. Nah, sekarang mari masuk ke pembahasan. Dalam artikel mengenai definisi, yang menjelaskan bagaimana pemaknaan individu atas dirinya, disinggung pula bahwa lingkungan seringkali bersifat deterministik pada pembentukan karakter seseorang. Saya kira benar juga jika berkata lingkungan punya peran dalam membangun persepsi dan perspektif seseorang. Kejadian dan peristiwa yang ia alami di lingkungannya, menjadi