Ke Mana Alasan Membawa Saya?

Untuk tahu obat apa yang sesuai bagi penyakit, dibutuhkan diagnosa yang tepat. Dan untuk menentukan suatu diagnosa, simptom yang muncul mesti dianalisis dan ditelusuri mana akarnya. Dengan menulis kita akan melakukan kerja pikiran yang tertata dan itu membantu proses analisa suatu problem. Ketika akar masalah menjadi terang, maka penanganan yang tepat bisa dilakukan apabila bebas hambatan.

Maka untuk mencari tahu kenapa saya gemar menunda pekerjaan, saya mesti meneliti alasan yang biasa saya kambing hitamkan. Kadang saya bergantung pada orang lain. Saya pernah mengalami fase ketika kepercayaan saya pada orang lain lebih tipis ketimbang sehelai rambut. Tapi perlahan saya mulai membuka diri dan menaruh kepercayaan pada orang lain. Namun kemudian, karena ada orang yang tangkas dalam menangani berbagai urusan, dan entah karena kebetulan macam apa ia bekerja bersama saya, timbul ketergantungan dalam diri saya pada orang itu. Kecenderungan untuk membebankan tanggung jawab pada orang lain bisa jadi makin parah, sampai kemudian saya paham bahwa tak semua orang seperti apa yang mereka tampakkan. Sebagian orang yang gagal diandalkan kembali menyadarkan saya bahwa apa yang menjadi tanggung jawab kita mesti kita yang selesaikan. Minta bantuan adalah kondisi ketika kita betul-betul repot dan orang lain punya potensi meringankan beban. Barangkali menyenangkan kalau kita punya seluruh kecakapan sehingga tak perlu bergantung pada orang lain, namun kita makhluk terbatas nan lemah pada rasa malas, sehingga pada akhirnya semua kembali kepada keseimbangan. Bagaimana kita mengatur koordinasi dengan rekan dan bertanggung jawab pada tugas yang dibebankan.

Kemungkinan lain saya sering menunda mungkin karena menunggu momentum yang tepat untuk memulai. Dalam beberapa kasus ini memang perlu, tapi untuk sekedar membereskan hal-hal sepele, rasanya terlalu mengada-ada. Saya mulai menyadari bahwa waktu terus berjalan dan masa lalu takkan pernah terulang kembali, maka bukan hanya besok, bahkan detik ini juga adalah lembaran waktu baru yang bisa kita isi sekehendak kita. Ini kesadaran baik yang sering sekali lalai saya implementasikan. Mungkin juga, lagi-lagi, karena rasa malas saya ijinkan menguasai gerak tubuh saya.

Apa ada kemungkinan lain kenapa saya menunda? Tentu ada, sebanyak alasan yang bisa saya pikirkan. Yang terpenting adalah dari cecabang alasan itu saya sanggup menemukan di mana letak sumber permasalahan dan bisa mengatasinya dengan cara terbaik. Selamat malam.

Komentar