Angin pagi membuka pintu balkon secara perlahan. Engsel-engsel tua yang mengganjal di celah kusen berderit. Kau duduk mengerjakan apa yang mesti kau kerjakan. Di atas meja, kau menaruh lembar-lembar kertas, gelas dengan kopi yang sudah tandas, dan alat-alat kerja. Kau menyendok sedikit ampas kopi, meloloskan sebatang Pall Mall dan mengoleskan ampas kopi di sana. Lalu menaruh sebatang rokok itu di asbak, tak jadi kau nyalakan.

Kau berjalan ke balkon. Membiarkan angin pagi masuk lewat pintu yang ia buka. Musim telah menjadi dingin. Kau menggigil, saraf-saraf di bawah kulitmu mengabarkan bahwa kau mesti memakai jaket. Kau memilih mengabaikannya, dan mengamati pot bunga di depan jendela kamarmu. Kau bisa melihatnya dari balkon. Kau bisa melihat kesedihan mengendap di jendela kamarmu. Kau bisa melihat tanaman di pot itu mati. Kau bisa melihat kematian datang tanpa basa-basi.

Komentar